CATATAN
LESSON STUDY (PENERAPAN)
Dari
ulasan ahli pada kegiatan Lesson Study pada hari kamis, 21 Maret 2013 banyak
hal yang menjadi catatan berharga bagiku. Dari pengamatan proses kegiatan
belajar mengajar dua kelas di kelas 1 dan kelas 2 yang sangat dinamis, banyak
hal yang bisa dijadikan sebagai bahan diskusi yang sangat menarik sehingga
dapat menarik ahli untuk memberikan analisis dalam proses pembelajaran.
Ternyata
tingkat fluktuasi kerja otak manusia
dirumuskan sebagai berikut UMUR PLUS
MINUS 1. Kemampuan anak berkisar pada hasil angka itu, misalnya anak berusia 8
tahun maka kemampuan konsentrasi yang dimiliki oleh anak tersebut berkisar
antara 7,8,9 menit. Dari tingkat konsentrasi tersebut.
Nah
dari tingkat konsentrasi yang sudah kita ketahui tersebut, maka sebagi guru harus
mampu mensetting pembelajaran menjadi
sesuatu yang sangat menarik dan tidak menjemukan. Karena pada titik tertentu
otak mengalami break state dimana titik kejenuhan sudah berada di level
paling bawah. Dalam keadaan ini bila proses transfer ilmu dan transfer nilai
tidak dapat dilakukan dengan sempurna bahkan kalau pada tingkat ekstrim
menimbulkan trauma tersendiri. Trauma ini merupakan indikasi awal dari tidak
suksesnya belajar karena anak terbentuk persepsi bahwa
belajar itu menjemukan, belajar itu tidak asyik dan bahkan belajar itu siksaan.
Persepsi
awal ini yang menjadi titik permasalahan banyak guru dalam proses pembelajaran,
karena persepsi itu berada pada dimensi rasa, ia bersifat subyektif dan itu bagian dari hak
prerogratif anak.Karena sebaik apapun sesuatu kalau masuk dengan emosi negative
akan menjadi tidak menarik di pikirannya. Sebaliknya seburuk apapun
sesuatu kalau masuk dengan emosi positif akan menjadi hal yang sangat menarik.
Tugas guru adalah mengenalkan bahwa belajar
adalah sesuatu yang menyenangkan. Maka guru perlu memberikan trik khusus agar
anak kembali ke alam belajar dengan nyaman tanpa beban.
Melihat
siklus fluktuasi otak tersebut diatas maka guru harus memberikan jeda jeda
tertentu dalam proses pembelajarannya. Dalam istilah lain kita mengenal adanya ICE
BREAKER. Ice Breaker itu sendiri merupakan peralihan dari
situasi yang membosankan, mengantuk, menjemukan, dan tegang menjadi rileks,
bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang
untuk mendengarkan atau melihat orang yang berbicara di depan kelas atau
ruangan pertemuan.
Bentuk
kegiatanya antara lain bisa menyanyi, yel-yel, variasi tepuk, cerita,
permainan, dan masih banyak yang bisa dilakukan untuk merestart kembali fungsi
otak yang sudah berada di level jenuh. Ice breaker ini banyak berbentuk
aktifitas fisik dengan tetap melibatkan emosi kita, dengan sendirinya bila
fisik kita gerakkan maka banyak stimulan yang diterima otak sehingga dapat
menggiatkan kembali sistem kerjanya.
Dari
sini saya banyak tahu manfatnya kegiatan lesson study. Dari beberapa permasalahan
yang ada akan muncul analisa dan penyelesaian yang sangat berguna bagi
pengembangan profesi seorang guru. Guru harus cerdas dan tanggap pada situasi
di dalam kelasnya sehingga proses pemelajaran adalah proses yang wajar,
menyenangkan dan sangat dirindukan oleh anak didik kita.Hadiah terbaik untuk
siswa adalah memperoleh pemahaman bahwa belajar adalah kegiatan yang
mengasyikkan.
Kegiata
ini juga menyentuh ranah sosial kita dimana kita harus berinteraksi dengan
rekan seprofesi untuk bisa saling asah asih dan asuh. Semoga rancangan kegiatan
lesson study ini menjadi salah satu upaya bagi peningkatan kwalitas guru
sehingga tujuan pembelajaran pada anak dapt tercapai dengan sempurna.
Disarikan
dari Diskusi Lesson Study di MI Ma’arif Pulutan dengan Nara Sumber Bapak Drs. Mahfudz
AN dari Widya Iswara Balai Diklat Kementrian Agama Jawa Tengah.
perlu diterapkan dalam proses KBM untuk variasi model mengajar siswa agar tidak borring.
BalasHapusiya pak..berharap juga secepatnya bisa ngadain kegiatan penularan materi ini...biar semua guru bsa dapet ilmu yg bagus ini..
Hapus