Headlines News :
Home » » Sekilas Kartini

Sekilas Kartini

Written By buguru on Rabu, 10 April 2013 | 03.11


PEMIKIRAN KARTINI TENTANG EMANSIPASI
(Refleksi Perjuangan Pembebasan) 



        Bulan April selalu identik dengan baju kebaya dan segala asesorisnya.
Hal ini karena selalu dikaitkan dengan bulan kelahiran seorang pahlawan revolusioner perempuan yang bernama R.A Kartini.Baju kabaya menjadi pakaian yang selalu dikenakannya waktu itu.


Kartini  sebagai seorang anak penguasa tertinggi di wilayah Jepara, tidak akan mengalami persoalan apa-apa dan selalu hidup bahagia bial dia tidak dengan berkenalan dengan gagasan yang dibawa oleh pendidikan model Barat ke dalam kehidupannya. Tetapi nasib membawanya kea rah lain, bakat kecerdasanya menuntun dia untuk melihat lebih jauh kebudayaan baru yang sedang ia kagumi dengan membandingkan kebudayaan di negrinya yang dialami. Kartini dalam keterbatasannya sebagai makhluk perempuan di gedung kabupaten, mampu melayangkan  pandangan dan cita-citanya ke dunia modern di Barat, menjeljahi dunia maju dengan jalan korespondensinya.
Penjelajahan pikiran  Kartini yang diiringi dengan memandang dunia secara obyektif menjadikan rumusan-rumusan yang monumental . Ada tiga hal yang menjadi pemikiran utama dari Kartini, yaitu hak-hak, pendidikan dan perkawinan.
A.      Hak-hak Wanita

Kedudukan manusia atas manusia lainnya secara substansial tidak mempunyai perbedaan. Manusia memiliki hak dan kwajiban yang sama  didalam mengelola dan memanfaatkan kesempatan hidupnya. Dengan demikian tidak tepat mengklasifikasikan manusia dengan memandang jenis kelamin sehingga menciptakan muara perangkingan antara laki-laki dan perempuan.

Fenomena kemasyarakatan yang terjadi  sebelum abad XX  posisi dan kedudukan kaum perempuan tidak lebih sekedar perhiasan, bahkan dianggap sebagai sebuah benda yang tidak memiliki nilai dan perasaan. Lebih lagi kehidupan setelah pernikahan mereka hanya punya satu kwajiban mengikuti semua perintah dan kemauan suami tanpa boleh menilai pewrintah dan kemauan itu baik atau buruk.  Yang lebih memprihatinkan kaum wanita hanya mampu berdiam diri dan menganggap semua itu adalah kodratnya.

Melihat tradisi yang demikian Kartini berusaha untuk mencari lebih dalam factor yang mendominasi peristiwa tersebut. Dari perenungannya terjawablah bahwa eksistensi wanita saat itu  karena kebodohan wanita itu sendiri yang secara struktur memang ‘dibodohkan’. Apabila kebodohan itu sudah melingkari seluruh wanita dengan sendirinya wanita dapat dipermainkan sesukanya.  Oleh karena itu harus ada satu yang siap menjadi pendobrak dari tradisi tersebut.

Dalam pemikirannya yang pertama harus diperjuangkan adalah tuntutan hak dan kebebasan memperoleh pengetahuan tentang berbagai hal. Pengetahuan tersebut hanya dapat diperoleh dari pendidikan di bangku sekolahan. Oleh karena itu dia mengusahakan sekolah tidak hanya untuk laki-laki saja tetapi juga bagi kaum perempuan. Hal ini berarti harus siap meruntuhkan tradisi feodal yang terstruktur dengan kuatnya. Dimana banyak tradisi yang memberikan ruang gerak sempit bagi kaumnya semua harus tunduk pada etiket, kasta, struktur, sehingga tercipta pemahaman bahwa perempuan adalah tidak punya hak diruang publik.

Selanjutnya Kartini mengadakan perubahan radikal dalam dirinya, ia dengan tegas membebaskan membebasakan adik-adiknya dari etiket feodal, Misalnya mereka benbas bercerita tentang segala sesuatu dengan dirinya tanpa harus menunggu ditanya olehnya. Pergeseran pola komunikasi  ini menjadikan mereka hidup lebih hidup dari sabkar ‘pingitannya’ mereka tumbuh menjadi jiwa yang sejenis yang sangat dinamis.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa emansipasi yang dimaksud Kartini adalah peningkatan harkat dan martabat wanita dari kekolotan tradisi dan memperoleh penghormatan akademik yang sejajar dengan laki-laki.

B.      Pendidikan

Pengertian pendidikan dipahami sebagai medium bagi terjadinya transformasi nilai dan ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai pencetus corak kebudayaan dan peradaban manusia. Kartini memandang bahwa pendidikan adalah suatu kwajiban suci dan mulia yang merupakan pembentuk budi dan jiwa. Maka diperlukan seorang pendidik yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan berbekal kecakapan.

Keinginan tersebut tidak hanya slogan kosong, ia pro aktif menghubungi sahabatnya yang di Belanda . Karena dia yakin bangsanya belum siap untuk memulai perubahan tersebut . Dalam pemikiranya dia ingin memadukan konsep ppendidikan yang ada di Barat dengan pendidikan budi pekerti yang ada di wilayah timur.  Pada masa itu Jurang pemisah pendidikan antara kaum barat dan timur sangatlah nyata  sehingga terlihat jelas sekali tingkat kecerdasan mereka sangat tinggi bila disandingkan dengan orang-orang  Timur Tetapi sikap mereka sangat terlihat sombong dan tanpa etiket budi pekerti sebagaimana lazimnya orang timur. Maka bila dua perbedaan ini disatukan akan menghasilkan sesuatu yang hebat.

Bila perempuan di Indonesia memperoleh pendidikan semua maka akan lahir generasi –generasi berikutnya menjadi orang yang tercerahkan. Maka sekolah bagi para gadis mulai dirintis agar kelak mereka dapat melahirkan anak-anak yang cerdas dan berbudaya. Gagasan ini adalah sangat radikal pada masanya maka sangat  tidak bersyukur ketika sekarang berkesempatan untuk belajar seluas-luasnya tetapi menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

C.      Perkawinan

Dalam konteks social perkawinan merupakan peristiwa sacral antara seorang laki-laki dan perempuan dimana keduanya dapat melakukan interaksi  dan komunikasi yang dilatarbelakangi karakter yang sangat berlawanan. Meski demikian perbedaan ujung dan pangkal itu sebagai elemen harmonisasi  yang menghantarkan pada peradaban manusia, yang didalam batinnya bersemi bersemi rasa pengakuan dan saling ketergantungan, dilandasi rasa saling mencintai dan memiliki tekad yang sama membangun masa depan yang akan dilalui bersam.

Perkawinan indah tersebut tidak terjadi pada masa abad ke XX. Dalam lembaga perkawinan wanita hanyalah pelengkap hidup yang dianggap tanpa rasa dan tanpa kemanusiaan hasilnya wanita menjadi terpasung secara individual. Kesewenang-wenangan sering terjadi sebagi upaya pembenaran pada superioritas atas kaum laki-laki. Sekali lagi hal ini terjadi karena pembodohan kaum wanita secara terstruktur sehingga wanita benar-benar menempati strata terendah .

Kesensaraan diawal perkawinan akan terus berlanjut ke masa berikutnya. Dimana seorang laki2 dapat bertindak sekehendaknya sementara sisi lain perempuan Jawa selalu dididik untuk taat dan patuh pada suaminya sekalipun perintah itu menyiksa perasaannya. Hal yang sangat banyak ditemui saat itu adalah praktek poligami. Poligami dalam pandangan Kartini adalah siksaan yang amat sangat bagi seorang perempuan. Tindakan ini mengarah pada pemerkosaan terhadap kodrat alam.  Karena perkawinan yang harmonis adalah terdiri dari seorang laki-laki dan seorang wanita, maka setip penyimpangan dari kodrat akan mengakibatkan penderitaan yang panjang.

Maka perkawinan yang hanya menyakiti salah satu pihak ini harus dihilangkan. Bagi Kartini prinsip yang dikembangkan adalah kesejajaran baik dalam kwajiban maupun haknya. Karena prinsip persamaan ini yang akan mengaantarkan pada keharmonisan yang sesungguhnya sehingga tercipta suasana keluarga yang harmonis yang dapat melahirkan generasi yang cerdas yang dapat mengembalikan harkat dan martabat bangsa ini.

Dari gagasan Kartini tentang emansipasi  diatas selayaknya kita bersyukur telah di kirimkan oleh Yang Maha Kuasa wanita hebat yang dengan tulus telah memperjuangkan kesejajaran wanita dengan segala konsekwensinya. Sehingga kita dapat merasakan indahnya persamaan indahnya perbedaan dan indahnya perubahan. Maka hanya akan menjadi sia-sia perjuangan tersebut bila kita tidak bisa  memanfaatkan kesempatan ini dengan seluas-luasnya.
Apa yang akan kita lakukan untuk rasa syukur ini??? Hanya kita yang tahu bagaimana harus  mengembangkan semua potensi yang kita miliki untuk memberikan sesuatu yang berarti bagi sekitar kita. Saatnya kita berkarya agar berguna bagi sesame. SELAMAT HARI KARTINI semoga sukses selalu menyertai langkah kita.
Disarikan dari Buku Sumber
Siti Soemandari Soeroto,  Kartini Sebuah Biografi. Gunung Agung1979
Sulastin Sutrisno, Surat-surat Kartini (Renungan tentang dan untuk Bangsanya) Djambatan 1985

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Pengunjung

Jam Aktif

Komunikasi

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. buguru buhar - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template